Buku tamu
Cerita misteri
Download
Tip dan trik
Tips dan trik pc
Tips dan trik pc
Lagu cerbonan
Lagu cirebonan
Lagu cirebonan
Barang jadi hak milik
Tanpa iuran bulanan
Chanel dakwah
Chanel musik
Chanel berita dalam dan luar negeri
Chanel movies
Chanel nasional komplit
Jika anda berminat silahkan Chat wa 081911387331
Kismis - dua tahun tinggal di rumah hantu
Cerita Misteri - Kami memasuki rumah. Kamar Ratih kelihatan
gelap, lampunya nggak
dinyalakan. Ane melihat sosok
tubuh Ratih yang diam kaku,
sama sekali nggak terusik
dengan kehadiran kami. “Sakitkah dia?” fikir ane. Tetap
dengan keadaannya yang diam
kaku, pintu yang sedikit
menganga kami buka lebar.
Istriku bertanya “Kenapa kamu
diam saja? Dari tadi kami panggil- panggil, kamu kenapa diam
saja?” Tidak ada respon, Ratih
tetap diam dengan sebagian
rambut panjangnya menutupi
muka. Muka Ratih nyaris tidak kelihatan,
hanya dagunya saja yang
kelihatan sangat pucat. Dia
bangkit dan terduduk dengan
memeluk sebelah kakinya di atas
Ranjang. Anak bayiku menangis tiba-tiba. Mungkin karena kesal
merasa dicueki, istriku berteriak.
“Kamu kenapa diam saja? Apa
yang kamu lakukan?!” Ratih diam saja, namun tiba-tiba
dia menangis dengan suara
lantang, lebih menyerupai jeritan.
Huah……….ckhdggrkhhh….!! Saya
nggak mau tahu urusanmu…!
Saya mau bebas..!” Suara itu terdengar sangat keras
melengking,seperti kuntilanak memecah kesunyian petang.
“Saya tidak peduli…..!” “Hi hi
hi hi hi hi hi…. Hi hi hi hi….”
Suara lantang itu berubah menjadi
suara tawa. Ya, suara tertawa yang sangat
mengerikan. Bulu kuduk ane
langsung berdiri, merinding! Istri
ane diam saja, mungkin schok
dengan jawaban yang baru saja ia
terima. Tapi ane mengkap hal yang aneh. Dari pertama
kedatangan kami, dan apalagi
dengan suara tangis yang tiba-
tiba berubah menjadi suara
tertawa melengking yang
menakutkan. Ane tarik tubuh istri untuk menjauhi tubuh Ratih. Suara
tertawa masih melengking-
lengking, berpadu dengan tangis
anak ane yang makin keras.
“Ma, tunggu di sini sebentar.
Saya keluar” Kata ane, lengsung berlari menuruni tanjakan. Ane langsung menuju ke tempat
pemancingan, di sana ada satu
ruangan yang memang digunakan
sebagai tempat istirahat pegawai
pemancingan sekaligus tempat
biasa ane nongkrong. Ada 6 orang bergerombol membentuk
lingkaran, mereka sedang main
domino. Kaget melihat kedatangan ane
yang mendadak. “Ada apa ya
Pak?” Tanya Pak Narto yang
lagi main domino. Pak Narto ini
sehari-hari sebagai pegawai
pemancingan yang cukup akrab dengan ane, karena sebelum
kami menempati rumah ini pun
ane sudah mengenalnya. Setelah
ane jelaskan hal kejadian yang
baru saja kami alami, semua
orang yang ada di pemancingan langsung berlari menghambur ke
rumah ane, Istri ane masih
ketakutan tapi berusaha
menenangkan diri, memeluk
sikecil. Orang-orang tercekat melihat
pemandangan dihadapannya.
Ratih dengan rambut yang masih
riap-riapan menutupi mukanya,
berputar-putar di atas ranjang,
tidak menempel kasur! Ya, Ratih melayang-layang dengan suara
tangis dan tawa yang bergantian,
memekakkan telinga. Salah satu
orang dari kelima rombongan
langsung inisiatif memanggil
orang pintar, agak jauh dari rumah.
Sementara kami tercengang
dengan kejadian terbangnya
Ratih, tanpa fakir panjang ane
dengan Pak Narto dan Mul
memegang tubuh Ratih dan menempelkannya ke ranjang.
Ane membaca doa-doa dengan
suara keras, dan Ratih kelihatan
agak melunak. Dua orang memegangi kaki Ratih.
“Saya tidak mau anak ini tinggal
di sinii!!” teriakan panjang
kembali terucap dari bibir Ratih.
Saya yakin itu bukan suara Ratih
yang biasanya. “Siapa kamu?” Saya berteriak tak kalah
kencang. “Saya Kuntilanak..!!!”
teriak bibir Ratih yang sudah
berubah putih pucat, Ane
tercengang, bergidik. Kaki dan tangan terasa dingin
banged. Ane lepasin pegangan
pada tubuh Ratih, sambil
membaca ayat Al fatihah! Dengan
nanar Ratih memandang kearah
Saya dan berucap. “Ha ha ha aha ha… baca aja terus..!” Ane
terdiam. Istri ane sudah mulai
tenang, mungkin sudah
menyadari apa yang sudah
terjadi dihadapannya. Dia membaca ayat kursi, orang-
orang ikut membaca ayat kursi,
tapi Ratih semakin lantang
tertawa. “Jangan baca ayat
kursi, baca surat Yasin!”
Istrikupun langsung membaca Surat Yasin, namun belum selesai
istri ane membaca surat Yasin, si
Ratih sudah berubah kembali
menjadi Kuntilanak dan berteriak
“jangan begitu bacanya.. kamu
Salah!! Ambil Alqur an, bacakan Yasin secara benar..!”
Bersamaan dengan itu
Paranormal atau orang pintar
yang dipanggil Mul datang.
Paranormal langsung melakukan
Sholat di ruang tamu, dan istri ane mengambil alqur an. Membacanya
dengan terburu-buru karena
mulut Ratih tetap meracau tidak
karuan…. Kami memasuki rumah. Kamar Ratih kelihatan gelap, lampunya nggak dinyalakan. Ane melihat sosok tubuh Ratih yang diam kaku, sama sekali nggak terusik dengan kehadiran kami. “Sakitkah dia?” fikir ane. Tetap
dengan keadaannya yang diam kaku, pintu yang sedikit menganga kami buka lebar. Istriku bertanya “Kenapa kamu diam saja? Dari tadi kami panggil- panggil, kamu kenapa diam saja?” Tidak ada respon, Ratih tetap diam dengan sebagian rambut panjangnya menutupi muka. Muka Ratih nyaris tidak kelihatan, hanya dagunya saja yang kelihatan sangat pucat. Dia bangkit dan terduduk dengan memeluk sebelah kakinya di atas Ranjang. Anak bayiku menangis tiba-tiba. Mungkin karena kesal merasa dicueki, istriku berteriak. “Kamu kenapa diam saja? Apa yang kamu lakukan?!” Ratih diam saja, namun tiba-tiba dia menangis dengan suara lantang, lebih menyerupai jeritan. Huah……….ckhdggrkhhh….!! Saya nggak mau tahu urusanmu…! Saya mau bebas..!” Suara itu terdengar sangat keras melengking, memecah kesunyian petang.
“Saya tidak peduli…..!” “Hi hi hi hi hi hi hi…. Hi hi hi hi….” Suara lantang itu berubah menjadi
suara tawa. Ya, suara tertawa yang sangat mengerikan. Bulu kuduk ane langsung berdiri, merinding! Istri ane diam saja, mungkin schok dengan jawaban yang baru saja ia terima. Tapi ane
mengkap hal yang aneh. Dari pertama kedatangan kami, dan apalagi dengan suara tangis yang tiba-tiba berubah menjadi suara tertawa melengking yang menakutkan. Ane tarik tubuh istri untuk menjauhi tubuh Ratih. Suara tertawa masih melengking- lengking, berpadu dengan tangis anak ane yang makin keras. “Ma, tunggu di sini sebentar. Saya keluar” Kata ane, lengsung berlari menuruni tanjakan. Ane langsung menuju ke tempat pemancingan, di sana ada satu ruangan yang memang digunakan sebagai tempat istirahat pegawai pemancingan sekaligus tempat biasa ane nongkrong. Ada 6 orang
bergerombol membentuk lingkaran, mereka sedang main domino. Kaget melihat kedatangan ane yang mendadak. “Ada apa ya Pak?” Tanya Pak Narto yang lagi main domino. Pak Narto ini sehari-hari sebagai pegawai pemancingan yang cukup
akrab dengan ane, karena sebelum kami menempati rumah ini pun ane sudah mengenalnya. Setelah ane jelaskan hal kejadian yang baru saja kami alami, semua orang yang ada di pemancingan langsung berlari menghambur ke rumah ane, Istri ane masih ketakutan tapi berusaha menenangkan diri, memeluk sikecil. Orang-orang tercekat melihat pemandangan dihadapannya. Ratih dengan rambut yang masih riap-riapan menutupi mukanya, berputar- putar di atas ranjang, tidak menempel kasur! Ya, Ratih melayang-layang dengan suara tangis dan tawa yang bergantian, memekakkan telinga. Salah satu orang dari kelima rombongan langsung inisiatif memanggil orang pintar, agak jauh dari rumah. Sementara kami tercengang dengan kejadian terbangnya Ratih, tanpa fakir panjang ane dengan Pak Narto dan Mul memegang tubuh Ratih dan menempelkannya ke ranjang. Ane membaca doa-doa dengan suara keras, dan Ratih kelihatan agak melunak. Dua orang memegangi kaki Ratih. “Saya tidak mau anak ini tinggal di sinii!!” teriakan panjang kembali terucap dari bibir Ratih. Saya yakin itu bukan suara Ratih yang biasanya. “Siapa kamu?” Saya berteriak tak kalah kencang. “Saya Kuntilanak..!!!” teriak bibir Ratih yang sudah berubah putih pucat, Ane tercengang, bergidik. Kaki dan tangan terasa dingin banged. Ane lepasin pegangan pada tubuh Ratih, sambil membaca ayat Al fatihah! Dengan nanar Ratih memandang kearah Saya dan berucap. “Ha ha ha aha ha… baca
aja terus..!” Ane terdiam. Istri ane sudah mulai tenang, mungkin sudah menyadari apa yang sudah terjadi dihadapannya. Dia membaca ayat kursi, orang-orang
ikut membaca ayat kursi, tapi Ratih semakin lantang tertawa. “Jangan baca ayat kursi, baca surat Yasin!” Istrikupun langsung membaca Surat Yasin, namun belum selesai istri ane membaca surat Yasin, si Ratih sudah berubah kembali menjadi Kuntilanak dan berteriak “jangan begitu bacanya.. kamu Salah!! Ambil Alqur an, bacakan Yasin secara benar..!”
Bersamaan dengan itu Paranormal atau orang pintar yang dipanggil Mul datang. Paranormal langsung melakukan Sholat di ruang tamu, dan istri ane
mengambil alqur an. Membacanya
dengan terburu-buru karena mulut Ratih tetap meracau tidak karuan…. B
Created at 04/01/15
kembali ke pos
UNDER MAINTENANCE
Negara :
Ip : 3.149.249.127
Mingu ini : 6 Orang
Bulan ini : 177 Orang
Total : 414241 Orang
Jumlah komentar : 13 Orang
jembut jarang