Buku tamu
Cerita misteri
Download
Tip dan trik
Tips dan trik pc
Tips dan trik pc
Lagu cerbonan
Lagu cirebonan
Lagu cirebonan
Barang jadi hak milik
Tanpa iuran bulanan
Chanel dakwah
Chanel musik
Chanel berita dalam dan luar negeri
Chanel movies
Chanel nasional komplit
Jika anda berminat silahkan Chat wa 081911387331
Kismis - Dua tahun tinggal di rumah hantu 1
Cerita Hantu - Tempat tinggal kami dulu termasuk dalam
kawasan yang sepi, terutama
pada malam hari. Memang tidak
begitu jauh dari keramaian kota
Depok, merupakan salah satu
propinsi di Jawa barat. Konon orang bilang Depok adalah tempat Jin buang anak, namun nggak ada sedikitpun ane mempercayai
perihal Jin buang anak dalam
cerita-cerita orang. Untuk mencapai rumah kami
tersebut masih harus
menggunakan Jasa tukang Ojek
atau naik motor sendiri, karena
belum ada angkot yang melewati
daerah kami. Jarak dari Jalan raya Bogor ke dalam memang
masih jauh, ada beberapa
kilometer. Bila agan naik motor,
maka akan dengan leluasa
melihat keindahan di sepanjang
jalan, melewati dua buah tanjakan yang terasa curam. Di Tanjakan ke dua inilah tempat
ane dan anak istri bernaung
beberapa tahun lamanya. Rumah
dengan kiri kanan kesunyian.
Sebelah kanan hamparan sawah
dari lapangan Golf yang belum digunakan oleh perusahaan,
sehingga digarap oleh penduduk
sekitar. Lengkap dengan jurang
terjal dan empang yang bila
dilihat seksama lebih menyerupai
telaga, apalagi bila malam, tampak hitam pekat. Di sisi depan dan kiri tempat kami
terdapat sebuah tanah kosong.
persis di kiri penuh belukar yang
semula digunakan sebagai
lapangan bulu tangkis yang
akhirnya dibiarkan mati begitu saja menjadi rimbunan rumput
ilalang. Bila malam hari agan
melewati jalanan di depan rumah
kami, pasti akan tergerak untuk
melihat kesunyian yang
mendirikan bulu roma, yang hanya terdengar desau angin dan
gesekan rumput ilalang. Tepat di rumah kami ini, jangan
harap agan mendapatkan
penerangan jalan dari rumah
kami. Meskipun ada beberapa
stop kontak dan bekas lampu
penerang di depan rumah, tapi tidak pernah lagi kami nyalakan.
Mungkin orang akan berpendapat
betapa pelitnya kami sampai
lampu jalan atau minimal lampu
depan rumah saja nggak
dinyalakan. Itu mungkin pendapat orang yang
baru lewat. Mungkin. Tapi bagi
penduduk sekitar kampung kami
tentunya tidak asing lagi dengan
hal gelapnya depan rumah kami.
Sengaja kami tidak menyalakan lampu depan rumah karena kami
sudah merasa bosan untuk
menyalakannya. Kenapa Bosan?
Kelak agan akan mengetahui
dengan sendirinya nanti. Rumah ini kami tinggali sejak
beberapa tahun yang lalu. Ane
bangga menempati rumah dengan
desain yang artistik dan terletak
di tanah yang cukup tinggi
dibanding tanah sekitar, sehingga jika dilihat dari bawah tanjakan,
akan nampak seperti Villa di atas
bukit.
Rumah ini kami beli dari seorang
pensiunan Kolonel Tentara yang
pindah karena sesuatu hal. Hari pertama kami menempati
rumah ini, seperti lazimnya orang
pindahan kami melakukan
selamatan dengan mengundang
beberapa tetangga. Malamnya
kami lewatkan dengan tidur yang pulas karena suasana sekitar
rumah memang asri dengan
hawa dingin menyejukkan
dibawa oleh angin dari padang
golf. Beberapa hari lamanya tinggal di
sini tak ada kejadian yang aneh,
sampai pada suatu pagi Ane
mendapati rokok filter yang baru
saja ane beli, hilang secara
misterius. Sebungkus rokok itu baru ane hisap satu batang,
lainnya masih utuh. Itulah awal
mula keanehan yang kami
dapatkan. Kalau hilangnya bukan
didepan mata ane sendiri,
mungkin ane nggak peduli. Toh hanya sebungkus rokok, apa
artinya sebungkus rokok yang
hilang. Tapi yang membuat Ane
penasaran adalah bahwa rokok
itu hilang di depan mata ane
sendiri, di mana nggak ada seorangpun yang lewat atau
pernah bergabung beberapa
waktu sebelumnya di sini. Ane anggap hilang begitu saja,
dan melupakan kejadian itu, dua
hari kemudian Ane dikejutkan
dengan kemunculan kembali
rokok ane yang hilang tepat di
tempat semula. Rokok itu masih utuh, tepat kurang satu batang
karena sudah ane hisap
sebelumnya. Ane tanya pembantu
ane, apakah dia yang sengaja
berbuat begitu untuk mengerjai
atau menakuti ane, nyatanya bukan dan pembantu ini juga
merasa takjub bercampur
ketakutan. Lagi-lagi ane anggap
bahwa kejadian yang saya alami
ini hanyalah kebetulan atau ane
yang salah lihat. Ane punya anak kecil, laki-laki
yang berusia 1,5 tahun waktu
kami baru menempati rumah ini.
Nggak ada lain dan bukan, yang
dikerjakan anak ane ini nangis
tiap hari. Bagi ane mendengar tangis bayi terus-menerus adalah
hal yang biasa. Tapi kalau tangis
itu berkepanjangan dan tak henti-
hentinya, tentulah jadi masalah
juga bagi kami. Kami sengaja memberikan
pengasuh khusus pada bayi Kami
ini, seorang ibu paruh baya yang
cukup rajin dalam mengerjakan
sesuatu. Ibu ini sangat tanggap
pada apa yang harus dia kerjakan tanpa kami menyuruhnya. Dia
mulai bekerja setelah pembantu
yang pertama pulang tanpa sebab
musabab yang jelas. Kehadiran
ibu ini ditengah-tengah kami
adalah hal yang istimewa, di mana kami menganggap dia
sebagai ibu kami sendiri. Di saat-saat kami mulai dicekam
rasa penasaran dan ketakutan
dengan kejadian demi kejadian
aneh, keberadaan seseorang
yang lebih tua dari usia kami
adalah anugerah, minimal kami merasa nyaman, terutama dari
hal-hal yang aneh. Sikecil pun
mulai berkurang tangisannya.
Kami lalui hari-hari dengan
tenang dan menyenangkan
sampai pada suatu saat kami kedatangan orang tua kami. Tanpa kami sangka-sangka, si Ibu
pengasuh bayi ini secara tiba-tiba
mengajukan berhenti dari
pekerjaannya dengan mendadak.
Nggak ada rayuan atau apapun
yang dapat mencegah keinginannya untuk berhenti dari
kerja di rumah ini. Kamipun tidak
dapat berbuat apa-apa selain dari
mengikhlaskan kepergian
pembantu kami yang bijak ini,
walaupun dengan kecamuk pertanyaan yang tidak
terpecahkan saat itu. Baru
bertahun-tahun kemudian
pertanyaan itu terjawab kenapa
si Ibu pembantu ini minta berhenti
mendadak. Ternyata kami telah dikelabui
oleh kekuatan jahat yang akan
kami ceritakan lagi nanti, pada
bagian akhir kisah ini.
Akhirnya kami mendapatkan lagi
pembantu, yang masih belia, namanya Ratih. Berusia sekitar
18tahunan. Terlalu muda untuk
ukuran pembantu yang
diharapkan dapat mengerjakan
segala sesuatunya. Bila pembantu yang lama kami
dapat lebih tenang karena faktor
usia yang cukup, tapi dengan
pembantu yang baru ini kami
tidak begitu mengharapkan
perubahan yang berarti. Yang penting istri ane nggak terlalu
repot lagi. Walaupun masih muda,
lama-lama Ratih dapat
menyesuaikan juga dengan
keadaan di rumah kami. Tapi itu tidak berlangsung lama.
Baru sepuluh hari kerja, Ratih
sudah meminta berhenti. "Saya
mau berhenti saja Pak, orang tua
Saya menyuruh Saya pulang"
Demikian kalimat yang diucapkan Ratih saat meminta ijin berhenti
dari kami, dengan sorot mata
yang ketakutan. "Bukankah mbak
Ratih sudah berjanji akan
berkerja di tempat kami minimal
2bulan biar kami dapat mencari penggantinya dulu..?" kata Ane
mengingatkan akan janji Ratih
pada saat kami terima kerja dulu.
Ratihpun tidak bisa mengelak, dia
surut juga. Memang kami dulu membuat
kesepakatan dengan Ratih bahwa
minimal kerja di rumah kami
selama dua bulan, dan jika mau
berhenti harus memberi tahu
paling tidak satu bulan sebelumnya agar kami dapat
mencari penggantinya sesegera
mungkin. Hal itu kami lakukan
karena belajar dari pengalaman
pertama dengan pembantu kami
yang dulu. Perihal alasan Ratih untuk pulang kampung pun ane
fikir hanya akal-akalan saja. Kami lega dan menganggap sudah
selesai wacana Ratih untuk pulang
kampung. Tapi hari-hari
berkutnya setelah Ratih meminta
berhenti itu jadi terasa kaku, dia
lebih banyak diam. Istriku sering ke kamar Ratih untuk sekedar
menghibur Ratih agar kerasan.
Kamarnyapun kami pasangi Tivi
sendiri agar betah. Kamar Ratih
adalah kamar yang dulu
ditempati pembantu kami yang pertama. Letaknya agak jauh dari
kamar kami, kamar utama yang
ukurannya lebih besar, terletak
paling belakang di bagian rumah. Dari kamar kami ini dapat
melihat langsung ke
pemandangan belakang rumah
yang banyak ditumbuhi pohon
pisang dan petai cina melalui
jendela kamar. Dari slot jendela yang sudah berkarat, pertanda
bahwa jendela ini sangat jarang
dibuka. Baru setelah kami
tempati, jendela ini difungsikan
lagi. Hari itu hari minggu, hari libur
untuk ane setelah seminggu
bekerja. Ane bolak-balik dari
rumah ke tempat kerja di Bogor.
Kebetulan supersibuk sehingga
hari liburpun kadang-kadang tidak lagi menjadi hari libur. Saya
tetap harus mengerjakan tugas-
tugas di luar rumah. Karena hari
minggu ini nggak ada tugas yang
mengharuskan ane keluar rumah,
Saya bersama istri dan anak ane yang saat ini sudah berusia 2
tahun menyempatkan jalan-jalan
ke Mall sambil menikmati
kebersamaan. Memang kami
jarang mendapatkan suasana
begini. Petangnya, kami kembali ke rumah. Sampai di rumah pas
magrib. Keadaan rumah sepi,
lampu-lampu dalam rumah sudah
menyala terang. "Ratih.." "Ratih..!" Teriak istri ane
memanggil Ratih, kalau-kalau
ketiduran. nggak ada sahutan
dari dalam rumah. ane pun gedor-
gedor rumah, tetap nggak ada
reaksi,padahal biasanya nggak begini. Biasanya Ratih akan
langsung membukakan pintu saat
kami baru nyampai di rumah.
Lama pintu tidak dibukakan, juga
nggak ada tanda-tanda kalau
Ratih masih melek. Mungkin Ratih memang tertidur di kamarnya. Tapi kamarnya kan dekat dari
ruang tamu, bahkan terletak
persis garis lurus dari pintu
utama, jadi mustahil jika dengan
panggilan segitu kerasnya Ratih
tetap tidak bangun-bangun juga. Ane ngecek pintu, ternyata nggak
dikunci, hanya ditutup dengan
pengait slot yang sebenarnya bisa
dibuka dari luar, dengan cara
menariknya dari lubang jendela
samping pintu. Ane menjulurkan lengan dan
berusaha meraih slot yang
menahan pintu untuk agar dapat
dibuka. Alhamdulillah. Pintu dapat
terbuka dengan sendirinya.
Kamipun masuk dengan menahan gondok dan kesal.
Created at 07/01/15
kembali ke pos
UNDER MAINTENANCE
Negara :
Ip : 18.223.170.21
Mingu ini : 57 Orang
Bulan ini : 135 Orang
Total : 414199 Orang
Jumlah komentar : 13 Orang
Pertamax