Buku tamu
Cerita misteri
Download
Tip dan trik
Tips dan trik pc
Tips dan trik pc
Lagu cerbonan
Lagu cirebonan
Lagu cirebonan
Barang jadi hak milik
Tanpa iuran bulanan
Chanel dakwah
Chanel musik
Chanel berita dalam dan luar negeri
Chanel movies
Chanel nasional komplit
Jika anda berminat silahkan Chat wa 081911387331
Terror hantu pembawa jenazah
Kisah Misteri - Dunia ini
memang masih banyak orang
yang tidak percaya akan
keberadaan makhluk halus,
namun bagi sebagian orang
percaya dan yakin bahwa
mereka itu ada. Simak kisah
selengkapnya dibawah ini.
Dulu, aku juga tidak percaya
dengan yang berbau mistis.
Namun hal itu berubah
setelah aku sendiri mengalami
sebuah peristiwa yang sangat
menyeramkan, sekaligus
mengerikan. Pengalaman ini
pula yang sekaligus
memberikan aku sebagai
pelajaran yang berharga.
Kisah mistis ini terjadi di bulan
Mei dan telah terjadi 10 tahun
silam. Tepatnya malam
Minggu Kliwon, tanggal 23 Mei
2004 yang lalu. Dan sampai
sekarang kejadian ini masih
membekas jelas di ingatanku.
Mungkin ini akan menjadi
sebuah pengalaman mistis
yang menakutkan sepanjang
hidupku.
Sebagai pemuda yang masih
lajang, setiap malam Minggu,
aku paling suka menonton
hiburan dangdut yang
ditangcap oleh orang yang
sedang mengadakan pesta
hajatan. Baik itu di kampung
ku ataupun di desa-desa
tetangga.
Selain sekedar mencari
hiburan, siapa tahu ada gadis
yang mau denganku untuk
kujadikan pacar. Biasanya
kami selalu pergi
berombongan dengan
mengendarai sepeda motor.
Awal ceritanya, malam itu
terpaksa aku pulang sendirian
setelah menonton acara
dangdutan di kampung
seberang. Jarak kampung ku
dengan kampung seberang
kurang lebih 2 Km. Jalan
penghubung satu-satunya dari
kampung ku ke kampung
seberang harus melalui
sebuah perkebunan karet.
Tapi entah mengapa kampung
itu disebut kampung seberang.
Menurut orang-orang tua, di
kampung ku karena letaknya
di seberang sungai, maka
disebut kampung seberang.
Saat itu semua teman-
temanku malam itu sudah
pulang duluan. Sebenarnya
salah ku sendiri, karena
sebelumnya kami sudah
sepakat, jam setengah dua
belas malam harus berkumpul
di satu tempat yang sudah
disepakati untuk pulang
bersama-sama. Karena
keasyikan menonton, hingga
aku lupa pada kesepakatan
itu.
Mungkin karena ditunggu-
tunggu sampai pukul dua
belas aku tidak kunjung
muncul, akhirnya temanku
memutuskan untuk pulang.
Semua teman-temanku
mengira, aku sudah pulang
duluan. Namun sialnya,
malam itu aku tidak
membawa kendaraan sendiri.
Sewaktu pergi, aku di
berbarengan sepeda motor
temanku.
Dengan perasaan jengkel,
kuputuskan pulang sendirian
saja dengan jalan kaki.
Apalagi jarak kampung ku
tidak begitu jauh. Perasaan
takut tak jadi masalah bagiku.
Dari kecil aku tak pernah
kenal dengan yang namanya
takut. Apalagi dengan hantu,
aku sama sekali tidak
mempercayainya.
Suara jangkrik mengiringi
langkah ku menyusuri jalanan
yang sunyi. Sesekali suara
burung hantu terdengar di
kejauhan. Pohon-pohon karet
berdiri membisu berjejer di
kiri-kanan jalan. Untung saja
saat itu tepat pada bulan
purnama sehingga keadaan
jalan tidak begitu gelap.
Untuk mengusir kesepian,
sengaja aku bersiul-siul
menyanyikan lagu
kegemeranku. Anehnya,
begitu sampai di tengah-
tengah perkebunan karet,
entah mengapa tiba-tiba saja
badan ku merinding. Kulihat
jam di tanganku menunjukkan
pukul satu malam.
Namun, tiba-tiba sebatang
cabang kayu yang cukup besar
jatuh tepat di depanku.
Suaranya mengejutkanku
hingga jantungku hampir
copot. "Satu langkah lagi,
habislah aku," bisik batinku.
Karena menghalangi jalan,
kucoba untuk menyingkirkan
cabang kayu itu kesamping.
Belum lagi cabang kayu itu
berhasil aku singkirkan, tiba-
tiba terdengar suara tawa
cekikikan. Nyaring sekali. Hati
kecil ku berkata, "jangan-
jangan ini Kuntilanak?"
Aku perhatikan sekelilingku
namun tidak ada apa-apa.
Kembali suara tawa cekikikan
itu terdengar. Ku perhatikan
kembali sekelilingku. Akan
tetapi tetap tidak ada apa-
apa. Hanya pepohonan karet
yang berdiri mematung
tertimpa cahaya bulan. Lagi-
lagi suara tawa cekikikan itu
terdengar. Kali ini malah lebih
keras dan berulang-ulang.
"Benar ini pasti Kuntilanak"
pikirku.
Karena suara tawa itu terus
saja terdengar, bukannya
takut malah timbul rasa
jengkelku. Dengan penuh
emosi, aku berteriak
menantang. "Hei.. Kuntilanak!
Jangan ganggu aku. Kalau
berani jangan sembunyi-
sembunyi, tunjukkan wujudmu.
Kau pikir aku takut, dasar
setan. Keluar kau"
Begitu aku selesai berteriak,
suara tawa itu pun berhenti.
Karena dari kecil aku dikenal
sebagai anak pemberani
menghadapi keadaan seperti
ini, tidak ada setitik pun rasa
takut di benakku. Bahkan
timbul rasa penasaranku.
Seperti apa Kuntilanak itu. Ku
tunggu beberapa saat, tapi
suara tawa itu tidak terdengar
lagi.
Kemudian dengan perasaan
jengkel kembali aku
melangkahkan kakiku.Tapi
belum sempat kakiku
melangkah, tiba-tiba bahuku
ada yang menepuk dari
belakang, diiringi sapaan
suara perempuan.
Dengan terkejut, buru-buru ku
putar badan ku menghadap
kebelakang. Seorang
perempuan dengan wajah
tertunduk berdiri tepat di
belakangku. Entah darimana
datangnya, buru-buru aku
mundur beberapa langkah ke
belakang, sambil terus
memperhatikan perempuan
itu. Kulihat baju putih
panjangnya menutupi kaki dan
tangannya.
Lalu tiba-tiba saja tercium bau
bunga kantil. Belum sempat
aku bertanya pada perempuan
itu, tiba-tiba dengan perlahan-
lahan perempuan itu
menaikkan mukanya. Di
keremangan malam, kulihat
wajah perempuan itu pucat
sekali. Kedua matanya
bolong. Dan dari kedua lubang
matanya, memancarkan sinar
merah,menurutku ini
kuntilanak merah. Rambutnya
acak-acakan.
Dengan spontan rasa takut
menyergapku. Baru kali ini
aku merasakan ketakutan.
Jantung ku berdebar kencang
saat secara tiba-tiba
perempuan itu tertawa
cekikikan sambil
memperlihatkan taringnya,
lalu kedua tangannya
diacungkan padaku, seolah
ingin mencekikku. Kembali
aku dibuat terkejut. Ternyata
jari-jari tangannya tinggal
tulang semua.
"Kun.. Kuntilanak!!" teriakku
dengan tergagap. Tanpa pikir
panjang lagi kuambil langkah
seribu. Melihat aku lari,
Kuntilanak itupun ikut berlari
mengejarku. Sekilas dapat
kulihat tubuhnya melayang-
layang terbang, dengan suara
cekikikan yang mengerikan.
Kemudian dengan sekuat
tenaga aku percepat lari. Tapi
Kuntilanak itu terus saja
mengejarku dengan disertai
suara tawanya yang
menakutkan.Sementara rasa
takut yang kurasakan semakin
menjadi-jadi. Baru kali ini aku
merasakan takut yang
teramat sangat.
Pada saat genting itu tiba-tiba
ada cahaya lampu dari
depanku. Begitu ada cahaya
lampu, suara tawa Kuntilanak
itupun hilang. Dengan
terengah-engah kuhentikan
lari, kemudian kulihat ke
belakang ternyata benar
Kuntilanak itu sudah hilang.
Mungkin karena takut dengan
cahaya lampu itu, pikirku.
Sambil mengatur napas, aku
tunggu cahaya lampu yang ku
kira lampu sepeda motor itu
mendekat. Aku pikir mungkin
salah seorang temanku yang
ingin menjemputku. Tapi
semakin dekat cahaya lampu
itu ke arahku, ternyata bukan
suara sepeda motor yang
terdengar. Justru bau
kemenyan dan bunga kantil
yang menusuk hidung.
Kembali rasa takut mulai
menjalariku.
Begitu cahaya lampu itu tiba
di depanku, aku nyaris pingsan
dibuatnya, ternyata cahaya itu
adalah rombongan hantu
pengusung peti mayat. Sobat
demitonline.blogspot.com,
Mereka berjalan tanpa
menginjak tanah, saat itu
badanku seolah tidak
berdarah lagi dan jantungku
berdegup kencang.
Keberanian yang dulu aku
bangga-banggakan hilang
sudah, dengan jelas kulihat
satu orang tanpa kepala
dengan leher berlumuran
darah sedang membawa
lampu berupa lingkaran
cahaya yang sangat terang.
Empat orang pengusung peti
mayat, mukanya hancur
semua, dengan tubuh dipenuhi
bercak-bercak darah di sana-
sini. Sementara orang-orang
yang mengiringi di belakang,
tubuhnya juga tidak ada yang
utuh.
Mataku melotot dan tidak bisa
dikedipkan, sungguh sebuah
pemandangan yang sangat
mengerikan. Tiba-tiba,
rombongan pengusung
keranda mayat itu berhenti
saat lewat di depanku, lalu
secara serentak makhluk-
makhluk mengerikan itu
memalingkan wajahnya dan
menatap kearah ku.
Rasa takut yang kurasakan
semakin menjadi-jadi dan
nafasku memburu karena
menahan takut. Wajah-wajah
makhluk itu sangat
mengerikan, mereka menatap
ku dengan tajam. Lalu salah
seorang datang mendekati ku.
Wajah berlumuran darah
mengerikan dan salah satu
matanya menggantung keluar
hampir copot, isi perutnya
terburai keluar dengan
jalannya yang seperti robot,
makhluk itu mendekati ku.
Saat itu ingin rasanya aku lari,
tapi kedua kakiku tidak bisa
digerakkan, lalu dengan cepat
tangan makhluk itu
mencengkeram bahuku.
Kucoba meronta melepaskan
cengkeramannya, tapi tidak
berhasil. Energi makhluk itu
sangat kuat sehingga tubuhku
diangkatnya dengan mudah
lalu dengan cepat tubuhku
dilemparkan kearah keranda
mayat.
Tubuhku melayang menuju
keranda, dengan tiba-tiba
pula, penutup keranda itu
terbuka sendiri. Lalu dengan
telak tubuhku jatuh ke dalam
peti itu, dengan cepat penutup
keranda itupun menutup
kembali. Aku sudah di dalam
peti mati, meronta-ronta
kesana kemari dengan sekuat
tenaga kucoba membuka
penutup keranda itu tapi
sungguh sangat sulit.
Aku coba berteriak meminta
pertolongan tapi tak ada satu
kata pun yang bisa keluar dari
mulutku, bagai tikus terkena
perangkap, aku terus saja
meronta-ronta kesana-kemari
sambil terus berusaha
membuka penutup keranda
tapi usahaku sia-sia.
Lalu dengan bersamaan,
makhluk-makhluk itu tertawa
mengerikan, kemudian
mereka mulai lagi berjalan
dengan membawa ku yang
terus meronta-ronta. Karena
di cekam rasa takut yang
teramat sangat, ditambah
tenagaku yang semakin
lemah, akhirnya aku pun jatuh
pingsan dan setelah itu aku
tak ingat apa-apa lagi.
Sayup-sayup kudengar suara
orang membaca ayat-ayat suci
Al-Qur'an. Sesekali diiringi
suara orang memanggil-
manggil namaku, dengan
perlahan-lahan kucoba
membuka mataku dan kulihat
disamping kananku ada Pak
Haji Ismail yang tengah
khusuk membaca Al-Qur'an.
Sementara di samping kiri ku,
kulihat Ibuku yang tengah
memandangiku dengan kedua
matanya yang sembab,
menandakan kalau Ibuku
habis menangis.
Begitu melihat aku membuka
mata, langsung Ibuku
memelukku dan menciumi
pipiku sambil terus menangis.
"Alhamdulillah Ya Allah, kau
sudah sadarkan diri, Anakku.
Terima kasih ya Allah" ratap
Ibuku berkali-kali, Ayahku
yang duduk di samping Ibuku,
segera menenangkan Ibuku
yang terus menangis memeluk
ku.
Sementara aku hanya diam,
aku bingung apa sebenarnya
yang telah terjadi denganku.
Pak Haji Ismail yang sedari
tadi duduk disampingku
membaca Kalam Illahi,
dengan senyumnya yang teduh
menyuruhku meminum
segelas air putih yang sudah
disediakan.
"Sudah satu minggu kamu
pingsan, Mat! Kamu
ditemukan tergeletak pingsan
di tengah kuburan." kata Pak
Haji menjelaskan. Mendengar
kata kuburan, aku teringat
kembali pada kejadian yang
menimpa ku.
Dengan perasaan yang masih
diliputi rasa takut,
kuceritakan semua kejadian
yang kualami dari awal
sampai akhir, semua orang
yang hadir di ruangan itu
bergidik ngeri mendengarkan
cerita ku. Sejak kejadian itu
sampai sekarang, aku kian
rajin mendekatkan diri pada
Allah SWT.
Kukerjakan lagi sholat,
setelah sekian lama
kutinggalkan. Ku buka lagi
kitab suci Al-Qur'an, setelah
sekian lama tidak pernah ku
baca. Meskipun kejadian itu
masih membuatku trauma
pada kesunyian, namun aku
kian menyadari bahwa
memang ada dimensi
kehidupan lain yang
diciptakan Allah SWT di
samping kehidupan manusia
yang nyata ini.
Created at 09/01/15
kembali ke pos
komen kamu
UNDER MAINTENANCE
Negara :
Ip : 3.135.219.78
Mingu ini : 59 Orang
Bulan ini : 137 Orang
Total : 414201 Orang
Jumlah komentar : 13 Orang